RAKYAT MERDEKA — Orang Asia dikatakan lebih rentan terhadap hipertensi. Lalu apa alasannya?
Hipertensi adalah suaty kondisi ketika tekanan darah tinggi atau melebihi batas. Seseorang dikatakan hipertensi jika angka pengukuran tekanan darah mencapai lebih dari 140/90 mmHg.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, angka pengidap hipertensi di Indonesia mencapai 34,1 persen. Diperkirakan angka ini setara dengan sekitar 70 juta penduduk Indonesia.
Bukan hanya di Indonesia, sejumlah negara Asia lainnya juga mempunyai angka pengidap hipertensi yang cukup tinggi. Di mana salah satu alasannya adalah faktor genetik.
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (INASH) Eka Harmeiwaty menjelaskan, populasi Asia mempunyai gen yang sensitif dengan garam, dibandingkan dengan orang Eropa.
“Ini [faktor gen sensitif garam] merupakan salah satu faktor risiko terjadi tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan ini berbeda dengan ras Kaukasia,” jelas Eka di Jakarta, Jumat (17/5), dikutip dari Antara.
Kondisi ini, kata Eka, disebabkan karena budaya makan yang terbentuk sejak lama. Budaya makan di negara-negara Asia ini tak bisa lepas dari makanan-makanan dengan cita rasa asin.
Contohnya saja di Jepang, Korea, dan China yang terbiasa dengan makanan fermentasi seperti stinky tofu, kimchi, dan natto.
Sementara orang Indonesia tak bisa makan tanpa sambal. Ada juga makanan seperti ikan asin serta berbagai camilan yang memiliki kandungan garam yang tinggi. Padahal, asupan tinggi garam adalah salah satu faktor risiko utama hipertensi.
“Garam itu menyebabkan resistensi cairan, makanya volume darah banyak. Jadi, tekanan darah tinggi,” ujarnya.
Hipertensi serang usia muda
Temuan di rumah sakit memperlihatkan banyak pasien hipertensi mengalami komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal hingga cuci darah. Bahkan kondisi tersebut sudah ditemukan di usia yang jauh lebih muda.
Eka menyebut, apabila sebelumnya faktor risiko hipertensi banyak ditemukan pada pasien yang berusia 55 tahun ke atas. Namun kini trennya bergeser ke arah usia 30 sampai 40 tahun. Tren ini juga berlaku secara global.
“Itu sudah genetik dan genetik itu sudah tidak bisa di apa-apakan. Orang Asia itu memang secara genetik lebih sensitif dengan garam,” ucapnya.
Untuk mencegah hipertensi, Eka menyarankan supaya masyarakat membatasi asupan garam harian. Asupan garam harian dibatasi agar tidak lebih dari 5 gram atau setara dengan 1 sdt.
Eka juga menyarankan menghindari makanan siap saji yang umumnya tinggi garam. Lebih baik memasak lauk-pauk di rumah supaya bisa menakar jumlah garam yang digunakan.